

Pelaksanaan Tes Kemampuan Akademik (TKA) hari kedua (4/11) berjalan tertib dan lancar. Tak ada kendala berarti yang terjadi. Demikian disampaikan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikdasmen, Toni Toharudin.
“Alhamdulillah berjalan baik, tertib, dan lancar di seluruh wilayah Indonesia,” katanya di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Pusat, Selasa (4/11).
Toni menambahkan bahwa ujian diikuti lebih dari 1,9 juta peserta dengan tingkat kehadiran nasional mencapai 98 persen. Ujian dilaksanakan di lebih dari 22 ribu sekolah secara daring penuh dan di sekitar 4 ribu sekolah secara semi daring.
TKA merupakan asesmen berbasis kompetensi yang menjadi strategi besar kementerian untuk memperkuat kualitas pendidikan dan meningkatkan kesiapan siswa menuju jenjang lebih lanjut.
Tes ini bertujuan untuk mengukur capaian akademik siswa secara terstandar, bukan untuk menentukan kelulusan, tetapi sebagai salah satu komponen penilaian untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
TKA bersifat opsional dan dapat digunakan sebagai data pendukung dalam proses seleksi, penyetaraan hasil belajar, serta untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan akademik siswa.
Kegiatan TKA ini didukung 28 ribu pengawas, 1.710 penyelia dari 16 perguruan tinggi negeri, serta lebih dari 38 ribu proktor.
Proktor adalah petugas yang bertanggung jawab atas kelancaran teknis pelaksanaan asesmen berbasis komputer, seperti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK).
“Kolaborasi antara pemerintah pusat, daerah, sekolah, guru, dan siswa membuktikan bahwa TKA bukan hanya pelaksanaan teknis, tetapi komitmen nasional menghadirkan pendidikan bermutu dan berintegritas,” ujar Toni.
Toni menilai, keberhasilan pelaksanaan dua hari pertama menunjukkan kesiapan teknologi dan pengendalian mutu asesmen nasional yang semakin kuat.
Ia juga menekankan, pelaksanaan TKA memiliki dampak strategis bagi arah kebijakan pendidikan nasional. Data hasil asesmen ini, kata dia, akan menjadi dasar pemetaan ketimpangan pembelajaran dan peningkatan kualitas sekolah di berbagai daerah.
“Data TKA ini nanti akan menjadi fondasi intervensi kebijakan yang tepat sasaran, terutama bagi sekolah dan daerah yang perlu refleksi terhadap tenaga pendidik maupun kualitas lulusan,” ujar Toni.*

