[caption id="attachment_5378" align="aligncenter" width="300"] (Kiri-kanan) Kusyatmi, Khadijah, Dwi Rahayu Lestari[/caption]
Bogor (Dikdas): Peserta merasa mendapat banyak pengetahuan dan pengalaman selama lima hari mengikuti Lokakarya Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra (MMAS) bagi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMP Tingkat Nasional di Hotel Rizen Premiere, Bogor, Jawa Barat, 20-24 Oktober 2014. Pengetahuan dan pengalaman itu akan dibawa ke daerah masing-masing untuk dibagi kepada sesama guru dan diterapkan di kelas.
Kusyatmi, guru SMP Negeri 7 Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, merasa semua materi yang didapatnya seperti membaca cepat, musikalisasi puisi, menulis puisi, dan pantun sangat baik diterapkan di sekolah. Ia pun gembira telah tahu cara menghadapi kendala saat menyampaikan materi menulis cerita pendek di sekolah. “Misalnya siswa diundang menjadi tokoh,” ungkapnya, Jumat, 24 Oktober 2014. Bahkan ia merasa terdorong untuk membuat strategi dan teknik yang bisa dikembangkan untuk pengajaran bahasa dan sastra Indonesia Kurikulum 2013.
Khadijah, guru SMP Negeri 34 Batam, Kepulauan Riau, terkesan dengan cara penyampaian materi puisi dan pantun yang dibawakan oleh narasumber. Ia hendak menerapkan pembelajaran puisi dan pantun dengan bernyanyi menggunakan lagu yang sudah populer.
Selama ini, tambahnya, siswa sekadar membaca puisi dan pantun tanpa perasaan senang. “Membaca puisi atau pantun dengan lagu daerah, anak akan lebih tertarik,” ucapnya.
Sedangkan Dwi Rahayu Lestari, guru SMP Negeri 5 Sumenep, Jawa Timur, akan menyesuaikan contoh-contoh metode pembelajaran yang diberikan narasumber dengan kondisi siswa di sekolahnya. “Metode yang kami pelajari di sini akan sedikit dimodifikasi agar mudah diterima dan dilakukan oleh anak-anak,” ujarnya.
Misalnya, saat pengajaran menggunakan musikalisasi puisi, ia tidak akan menugaskan mereka membuat lagu. Ia membebaskan mereka mencari lagu yang sudah dikenal dan mengambil puisi yang mereka tahu.
Secara kompak, tiga peserta ini berharap Lokakarya MMAS juga diselenggarakan di daerah, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. “Karena selama saya mengikuti kegiatan diklat di manapun, tidak seperti ini,” kata Kusyatmi.* (Billy Antoro)